One Story, Two Perspectives


I was not in good state, until I had a chance to see greenery, when my bro brought us to Ecopark Curugtilu in Ciwidey in the last day of 2021. I applied for a leave that day, and that was really worth it. Vacation is really needed afterall. It was a short one but I was grateful for it.

I also saw two messages from different sources with the same meaning. Maybe a mainstream message we all had heard before. Usually I responded it by skeptically rolling my eyes. But it hit me quite differently this time.  


One Story, Two Perspectives

Seorang penulis buku terkenal duduk di ruang kerjanya... dia mengambil penanya... dan mulai menulis :

"Tahun lalu... saya harus dioperasi untuk mengeluarkan batu empedu. Saya harus terbaring cukup lama di ranjang....

Di tahun yang sama, saya berusia 60 tahun dan memasuki usia pensiun..., keluar dari pekerjaan di perusahaan yang begitu saya senangi... saya harus tinggalkan pekerjaan yang sudah saya tekuni selama 35 tahun...

Di tahun itu juga saya ditinggalkan ayah yang tercinta...

Kemudian... masih di tahun yang sama, anak saya gagal di ujian akhir kedokteran, karena kecelakaan mobil. Biaya bengkel akibat kerusakan mobil adalah puncak kesialan di tahun lalu..."

Di bagian akhir dia menulis:

"Sungguh... tahun yang sangat buruk!"


Istri sang penulis masuk ke ruangan dan mendapati suaminya yang sedang sedih dan termenung... Dari belakang, sang istri melihat tulisan sang suami. Perlahan-lahan ia mundur dan keluar dari ruangan...

15 menit kemudian dia masuk lagi dan meletakkan sebuah kertas berisi tulisan sebagai berikut :

"Tahun lalu... akhirnya suami saya berhasil menyingkirkan kantong empedunya yang selama bertahun-tahun membuat perutnya sakit...

Di tahun itu juga... saya bersyukur, suami bisa pensiun dengan kondisi sehat dan bahagia. Saya bersyukur kepada TUHAN, dia sudah diberikan kesempatan berkarya dan berpenghasilan selama 35 tahun untuk menghidupi keluarga kami

Sekarang, suami saya bisa menggunakan waktunya lebih banyak untuk menulis, yang merupakan hobinya sejak dulu...

Pada tahun yang sama..., mertua saya yang berusia 95 tahun... tanpa sakit apa-apa telah kembali kepada Tuhan dengan damai dan bahagia....

Dan masih di tahun yang sama pula... Tuhan telah melindungi anak saya dari kecelakaan yang hebat... Mobil kami memang rusak berat akibat kecelakaan tersebut..., tetapi anak saya selamat tanpa cacat sedikit pun..."                 

Pada kalimat terakhir istrinya menulis :

"Tahun lalu.... adalah tahun yang penuh berkah yang luar biasa dari Tuhan.... dan kami lalui dengan penuh rasa takjub dan syukur..."       

                             

Sang penulis tersenyum haru..., dan mengalir air mata hangat di pipinya... Ia berterimakasih atas sudut pandang berbeda untuk setiap peristiwa yang telah dilaluinya tahun lalu... Perspektif yang berbeda telah membuatnya bahagia...

Sahabat, di dalam hidup ini kita harus mengerti bahwa bukan kebahagiaan yang membuat kita bersyukur. Namun rasa syukurlah yang akan membuat kita bahagia. Mari kita berlatih melihat suatu peristiwa dari sudut pandang positif dan jauhkan rasa iri di dalam hati. 

Kita dapat mengeluh karena semak mawar memiliki duri, atau bersukacita karena semak duri memiliki mawar..


It was a forwarded message from Whatsapp group, something I usually don't read. And honestly, this kind of story is kinda cringe and ridiculously sentimental I could shudder in disgust. However like I said before, it hit me differently this time.

The other one was Stella Lee's Instagram story mentioning about the same thing. The point is, she chose to see the good in bad.

Maybe it will be a long road but I see no other better choice so...

Maybe I have to learn... to see good in everything.

Comments

Popular Posts